Feb 6, 2025 | 48 views
JAKARTA, – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merayakan hari jadinya yang ke-78 pada Rabu, 5 Februari 2025, dalam sebuah acara di Menara Kuningan, Jakarta Selatan. Mengusung tema ‘HMI untuk Kedaulatan Bangsa’, peringatan ini menjadi momen refleksi atas perjalanan panjang organisasi yang didirikan oleh Lafran Pane pada 5 Februari 1947. Dalam kesempatan ini, Ketua Badan Pengawas Tindak Pidana Korupsi (BP Tipikor) RI sekaligus tokoh penting dalam Gatra, Dr. Bahru Navizha, SH, SE, MM, MH, turut menyampaikan pandangannya mengenai peran HMI dalam dinamika kebangsaan dan keumatan.
Jejak Sejarah HMI: Dari STI hingga UII
Sejarah berdirinya HMI tidak terlepas dari situasi pergolakan politik dan sosial yang terjadi pada masa awal kemerdekaan Indonesia. Saat itu, Lafran Pane masih berstatus sebagai mahasiswa di Universitas Islam Indonesia (UII), yang sebelumnya dikenal sebagai Sekolah Tinggi Islam (STI) di Yogyakarta.
Masa-masa tersebut merupakan periode kritis di mana berbagai ideologi berkembang pesat dan berusaha mempengaruhi arah bangsa. Lafran Pane dan rekan-rekannya menyadari perlunya sebuah organisasi mahasiswa Islam yang tidak hanya menjaga nilai-nilai keislaman tetapi juga memiliki kesadaran kebangsaan yang kuat.
Dengan semangat itu, pada 5 Februari 1947, HMI resmi didirikan. Organisasi ini bertujuan untuk membangun intelektualitas mahasiswa Muslim serta mendorong peran aktif mereka dalam menjaga persatuan bangsa. Kini, setelah 78 tahun berlalu, HMI tetap menjadi salah satu organisasi mahasiswa terbesar di Indonesia dengan jaringan luas yang tersebar di berbagai daerah.
HMI di Era Modern: Menjaga Kedaulatan Bangsa
Dalam wawancara eksklusif yang berlangsung di Costees Coffee and Bar, Dr. Bahru Navizha menegaskan bahwa HMI harus tetap menjadi garda terdepan dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks.
”Di usia ke-78 ini, HMI harus terus beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan jati dirinya. Ancaman terhadap kedaulatan bangsa kini bukan lagi dalam bentuk kolonialisme, tetapi melalui perang informasi, intervensi ekonomi, serta ideologi transnasional yang dapat menggerus nilai-nilai kebangsaan,” ujarnya sambil menikmati secangkir kopi hitam. Rabu, (5/2) kemarin
Menurutnya, mahasiswa memiliki peran strategis dalam menjaga kemandirian bangsa.
”Kita tidak boleh terlena dengan globalisasi yang tanpa batas. Ada banyak kepentingan asing yang berusaha masuk dan mengendalikan kebijakan negara ini. Mahasiswa harus kritis terhadap setiap kebijakan yang dapat melemahkan kedaulatan nasional,” tambahnya.
Ia juga menekankan pentingnya kader HMI untuk tetap menjunjung tinggi integritas dan keilmuan dalam menjalankan perannya sebagai agen perubahan.
”Jangan sampai mahasiswa hanya menjadi objek politik yang dimanfaatkan untuk kepentingan sesaat. Kader HMI harus tetap menjadi motor penggerak perubahan yang berlandaskan nilai Islam dan nasionalisme,” tegasnya.
Peran HMI dalam Membangun Bangsa
Dalam sejarahnya, HMI telah melahirkan banyak tokoh nasional yang berperan di berbagai bidang, mulai dari pemerintahan, akademisi, hingga sektor swasta. Hal ini membuktikan bahwa organisasi ini bukan hanya tempat bagi mahasiswa untuk berproses secara intelektual, tetapi juga menjadi kawah candradimuka bagi calon pemimpin bangsa.
Dr. Bahru Navizha berharap agar HMI terus menjaga idealismenya dalam menghadapi tantangan zaman.
”Ke depan, HMI harus lebih adaptif terhadap perkembangan teknologi dan dinamika global. Mahasiswa tidak hanya dituntut untuk cerdas secara akademik, tetapi juga harus memiliki karakter yang kuat dan kepekaan sosial yang tinggi,” ungkapnya.
Doa dan Harapan untuk HMI di Usia ke-78*
Sebagai bagian dari peringatan dies natalis, acara ini juga diisi dengan doa bersama agar HMI terus diberikan kekuatan untuk menjalankan perannya dalam membangun bangsa. Dr. Bahru Navizha mengutip salah satu ayat Al-Qur’an sebagai doa bagi kader-kader HMI agar senantiasa menjadi pribadi yang saleh dan berkontribusi bagi negara:
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
”Rabbana hablana min azwajina wa dhurriyyatina qurrata a’yun waj‘alna lil-muttaqina imama.”
”Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan kami sebagai penyejuk hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan: 74)
Ia berharap agar kader HMI terus menjaga nilai-nilai keislaman dan kebangsaan dalam setiap langkah perjuangan mereka.
HMI telah menempuh perjalanan panjang dalam sejarah bangsa Indonesia. Dari perjuangan kemerdekaan hingga era modern, organisasi ini tetap memainkan peran penting dalam membentuk karakter pemuda Indonesia.
Dalam usianya yang ke-78, HMI diharapkan tetap menjadi garda terdepan dalam menjaga kedaulatan bangsa dan melahirkan pemimpin-pemimpin yang berintegritas.
Sebagaimana pesan yang selalu dipegang teguh oleh kader-kadernya: “Yakusa!” (Yakin Usaha Sampai), semangat itu harus terus menyala demi kejayaan bangsa dan negara
Posted in News