Mei 20, 2024 | 62 views
Dunia tengah berduka menyusul kabar tewasnya Presiden Iran, Ebrahim Raisi dalam sebuah kecelakaan helikopter pada Senin (20/5/2024), waktu setempat.
Kabar tewasnya Presiden Iran Ebrahim Raisi tersebut terkonfirmasi setelah pencarian selama berjam-jam melalui wilayah pegunungan berkabut di barat laut negara itu, menurut laporan media pemerintah Iran.
Kondisi perekonomian hingga harga minyak menjadi perhatian menyusul kabar tewasnya Presiden Iran Ebrahim Raisi.
Mengutip Deutsche Welle, Senin (20/5/2024) Menteri Perminyakan Iran Javad Owji mengungkapkan pada Maret 2024 bahwa ekspor minyak negara telah menghasilkan lebih dari USD 35 miliar atau setara Rp. 559,4 triliun pada tahun 2023 lalu.
Menurut pemerintah di Teheran, Iran telah mengekspor lebih banyak minyak dibandingkan 6 tahun terakhir, meskipun ada sanksi besar-besaran yang diberlakukan oleh mantan presiden AS Donald Trump pada tahun 2018.
Namun, negara itu dihadapi dengan lonjakan inflasi tahun ini. Inflasi di Iran mencapai sekitar 40% pada bulan Februari 2024.
Djavad Salehi-Isfahani, seorang profesor ekonomi di Virginia Polytechnic Institute dan State University, mengatakan bahwa dolar AS telah menguat sekitar 15% terhadap real Iran dalam beberapa waktu terakhir, di tengah ekspektasi meningkatnya konflik dengan Israel.
“Devaluasi nilai tukar ini dengan cepat menghasilkan harga yang lebih tinggi, karena Iran mengimpor banyak jenis komoditas, dan banyak komoditas yang diproduksi di Iran juga memiliki komponen impor,” kata Djavad.
Menurut Salehi-Isfahani, tingginya inflasi menjadi faktor turunnya standar hidup masyarakat kelas menengah di Iran dalam beberapa tahun terakhir, dan kini kembali merosot seperti yang terlihat 20 tahun lalu.
Posted in Ekonomi